Infertilitas didefinisikan sebagai suatu ketidakmampuan untuk terjadi suatu kehamilan yang dikehendaki setelah satu tahun menikah dengan melakukan hubungan sexual tanpa pengaman. Berdasarkan data dari WHO (Word Health Organization), diperkirakan 10- 15 % pasangan suami-istri usia reproduktif menderita infertile, sekitar 30% disebabkan karena faktor pria, kelainan pada wanita 30%, gangguan pada pria dan wanita 20%, serta 15% tidak diketahui penyebabnya.
Infertilitas pada pria disebabkan adanya defisiensi dalam hal morfologi, konsentrasi atau transportasi sperma. Jumlah sperma kurang dari normal, kualitas sperma yang buruk atau keduanya merupakan 90% kasus infertilitas pria.
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sperma, terjadi di tubulus seminiferus testis. Sel sperma matang (spermatozoa), membawa separuh kode genetik pria. Setiap siklus spermatogenesis terdiri dari 6 tahap dan memerlukan 16 hari untuk proses pematangan tersebut. Kira-kira dibutuhkan 4-6 siklus untuk hasilkan 1 sperma matang. Oleh karena itu pembentukan sperma memerlukan waktu sekitar 74 hari dan diatur oleh sistem endokrin (hormonal) yang melibatkan poros hypothalamus-hipofisis-testis.
Hormon GnRH dihasilkan oleh hypothalamus akan merangsang hipofisis untuk memproduksi dan melepaskan LH dan FSH. Hormon LH akan merangsang sel leydig di testis untuk memproduksi testosterone. Pada pria normal hanya kira-kira 2% testosterone berada dalam keadaan bebas. Sekitar 44% berada dalam bentuk ikatan dengan estrogen yang disebut dengan TeBG (Testosteron-estradiol-Binding Globulin).
Untuk selanjutnya testosterone akan menuju organ target dan akan diubah menjadi androgen dihidrotestosteron oleh enzim 5-alphareduktase. Fungsi utama androgen pada organ target termasuk diantaranya adalah mengatur sekresi GnRH melalui poros hypothalamus-hipofisis serta berperan dalam proses permulaan dan pemeliharaan spermatogenesis.
LH berperan dalam proses spermatogenesis secara tidak langsung dengan cara merangsang produksi testosterone pada sel interstitial, sedangkan FSH berpengaruh pada sel sertoli yang terdapat terdapat dalam tubulus seminiferus testis.
Fertilitas pada pria memerlukan 3 hal yaitu proses spermatogenesis pada testis, transport spermatozoa dari testis melalui epididimis, vas deferens dan akhirnya keluar melalui uretra serta deposisi sperma dalam vagina. Oleh karena itu infertilitas pada pria terjadi apabila terdapat gangguan pada tiga, yaitu:
1.Kelainan Pretestikuler
a.Kelainan pada hypothalamus (defiseinsi GnRH,LH,FSH, sindroma hipogonadotropik congenital).
b.Kelainan hipofisis (tumor, proses infiltrasi), hiperprolaktinemia, hemokromatosis.
2.Kelainan Testikuler
Anomali Kromosom, miotonik distrofi, anorchia bilateral
3.Kelainan Post Testikuler
Gangguan transportasi sperma, gangguan motilitas dan fungsi sperma, infeksi, dll.
Mekanisme Kerja Akupunktur
Mekanisme kerja akupunktur dalam penanganan kasus infertilitas pada pria dapat bekerja secara lokal, segmental maupun sentral. Penusukan titik akupunktur menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah termasuk pada testis dan epididimis. Studi-studi terdahulu menemukan adanya hubungan antara kualitas sperma yang rendah dengan kadar Reaktive Oxygen Species (ROS) yang sangat tinggi. Ros akan meningkat pada keadaan stress oksidatif termasuk dalam proses spermatogenesis. Kadar Ros yang tinggi akan menyebabkan kerusakan jaringan termasuk sel-sel spermatozoa. Pada keadaan normal terdapat mekanisme pertahanan terhadap mekanisme terhadap kondisi tersebut, yaitu, dengan diproduksinya zat-zat yang bersifat sebagai antioksidan pada saluran reproduksi pria seperti Superoxide dismutase (SOD), Glutathione Peroxidase (GPX) dan Catalase (CAT). Pada kasus infertile akibat gangguan motilitas sperma, memiliki sperma dengan kadar antioksodan yang lebih rendah daripada normal. Terjadinya vasodilatasi akibat penusukan titik akupunktur akan meningkatkan pasokan suplemen antioksidan seperti vitamin C, E, dan glutation untuk mencegah kerusakan membrane plasma karena ROS yang tinggi sehingga dapat memperbaiki sel-sel termasuk sel sperma. Hasil studi eksperimental juga membuktikan bahwa elektroakupunktur pada titik tertentu dapat menurunkan produksi ROS dan meningkatkan aktivitas SOD sebagai suatu enzim yang bersifat sebagai antioksidan sehingga dapat menurunkan stress oksidatif. Pada tingkat sentral akupunktur dapat meregulasi hormone LH dan FSH yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas dari sel sperma.
Angka Keberhasilan Akupunktur
Hasil yang diperoleh dari satu seri pengobatan akupunktur (12 Kali), seminggu 2 kali adalah terjadi peningkatan yang cukup bermakna pada jumlah morfologi spermanormal, dari 8% menjadi 25% (angka keberhasilan 68%). Motilitas sperma juga meningkat dari 18% menjadi 35% (angka keberhasilan 48,6%).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan akupunktur dapat dipakai sebagai salah satu pilihan terapi pada infertilitas pria, terutama dalam hal kelainan morfologi dan motilitas gerak sperma. Akupunktur dapat digabungkan dengan pengobatan medis lain untuk kasus infertilitas pada pria.